Rabu, 9 Maret 2011
Dr. Herawati Sudoyo, Direktur Eijkman Institute, Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi dari BPPT yang juga penerima Habibie Award (foto: Okezone/ De2)
JAKARTA - Ke depannya, perempuan diharapkan akan semakin berperan dalam dunia sains, berdasarkan hasil diskusi WebCast antara ilmuwan wanita Indonesia dan AS.
Diskusi dari beberapa ilmuwan wanita AS dan Indonesia ini bertemakan 'Women in Science', yang diselenggarakan dalam rangka perayaan ulang tahun ke-100 Hari Wanita Internasional pada hari Selasa (8/3/2011) malam.
"Para ilmuwan wanita harus mendorong generasi yang lebih muda agar bisa mengerahkan kemampuan handalnya untuk menjadi seorang ilmuwan," ujar Lisa P. Jackson, kepala program Enviromental Protection Agency (EPA), badan perlindungan kesehatan dan lingkungan bagi warga Amerika, melalui video-conference,Selasa (8/3/2011).
Pada video-conference yang ditayangkan langsung di @america, Pacific Place, Jakarta, Jackson juga mengatakan kalau semua wanita itu bisa menjadi ilmuwan.
"Keberadaan ilmuwan wanita saat ini dirasa juga cukup penting," jelas Kerry-Ann Jones, Asisten Menlu AS untuk bidang Kelautan, Lingkungan Hidup dan Sains, yang juga melalui video-conference langsung dari Washington, AS.
Meski harus memiliki dedikasi yang tinggi untuk bidang yang ia geluti, dalam hal sains, tapi hendaknya ilmuwan wanita juga jangan sampai melupakan keluarga.
"Harus seimbang antara pekerjaan dengan keluarga," kata Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Institut Eijkman.
Senada dengan dr. Herawati, peraih Habibie Award 2010, Dr. Eniya Listiani Dewi, juga mengatakan kalau wanita harus memisahkan waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Ketika ditanya mengenai harapan untuk para ilmuwan wanita di Indonesia ke depannya, Dr. Dewi menjawab kalau perkembangan pekerjaan ilmuwan wanita sangat dibutuhkan.
"Meski kaum pionir sains masih didominasi oleh kaum pria, namun keberadaan wanita di dunia sains juga sangat dibutuhkan di sains," jelas Dr.Dewi
.
Dr. Herawati Sudoyo mengatakan kalau para wanita ingin menjadi ilmuwan, cara yang tepat untuk awalan adalah dengan mengikuti kata hati, mencari akses dan pembimbing yang tepat, serta mulai untuk membangun jaringan. (srn)
Diskusi dari beberapa ilmuwan wanita AS dan Indonesia ini bertemakan 'Women in Science', yang diselenggarakan dalam rangka perayaan ulang tahun ke-100 Hari Wanita Internasional pada hari Selasa (8/3/2011) malam.
"Para ilmuwan wanita harus mendorong generasi yang lebih muda agar bisa mengerahkan kemampuan handalnya untuk menjadi seorang ilmuwan," ujar Lisa P. Jackson, kepala program Enviromental Protection Agency (EPA), badan perlindungan kesehatan dan lingkungan bagi warga Amerika, melalui video-conference,Selasa (8/3/2011).
Pada video-conference yang ditayangkan langsung di @america, Pacific Place, Jakarta, Jackson juga mengatakan kalau semua wanita itu bisa menjadi ilmuwan.
"Keberadaan ilmuwan wanita saat ini dirasa juga cukup penting," jelas Kerry-Ann Jones, Asisten Menlu AS untuk bidang Kelautan, Lingkungan Hidup dan Sains, yang juga melalui video-conference langsung dari Washington, AS.
Meski harus memiliki dedikasi yang tinggi untuk bidang yang ia geluti, dalam hal sains, tapi hendaknya ilmuwan wanita juga jangan sampai melupakan keluarga.
"Harus seimbang antara pekerjaan dengan keluarga," kata Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Institut Eijkman.
Senada dengan dr. Herawati, peraih Habibie Award 2010, Dr. Eniya Listiani Dewi, juga mengatakan kalau wanita harus memisahkan waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Ketika ditanya mengenai harapan untuk para ilmuwan wanita di Indonesia ke depannya, Dr. Dewi menjawab kalau perkembangan pekerjaan ilmuwan wanita sangat dibutuhkan.
"Meski kaum pionir sains masih didominasi oleh kaum pria, namun keberadaan wanita di dunia sains juga sangat dibutuhkan di sains," jelas Dr.Dewi
.
Dr. Herawati Sudoyo mengatakan kalau para wanita ingin menjadi ilmuwan, cara yang tepat untuk awalan adalah dengan mengikuti kata hati, mencari akses dan pembimbing yang tepat, serta mulai untuk membangun jaringan. (srn)
0 komentar:
Posting Komentar